Jumat, 06 Desember 2019

Memelihara Ikan Patin

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Patin (Pangasius spp) merupakan spesies ikan dari jenis Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak duri, kecepatan tumbuhnya relatife cepat, fekunditas dan sintasannya tinggi, dapat diproduksi
secara massal dan memiliki peluang pengembangan skala industri. Dengan banyak keunggulan tersebut ikan ini
menjadi salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam segmen usaha pembenihan maupun usaha pembesarannya.
Sebagian jenis dari ikan patin ini merupakan ikan introduksi dari Bangkok-Thailand dan sebagian lagi merupakan
jenis ikan lokal Indonesia yang terdapat pada sungai-sungai di pulau Sumatera, Kalimantan bahkan Jawa. Jenis-jenis
ikan patin yang lazim dibudidayakan di Indonesia antara lain adalah : (1) Patin Siam (Pangasius hypophthalmus); (2)
Patin Djambal (Pangasius djambal) ; dan (3) Patin Pasopati (Pangasius sp).
Perkembangan budidaya telah meningkat pesat sejak teknologi pembenihannya telah sepenuhnya dikuasai,
berbagai teknologi telah diterapkan dan dikembangkan pada pembenihan ikan patin, yang antara lain melalui kawin suntik (induced spawning) yaitu pemijahan yang dilakukan dengan pemberian rangsangan hormon untuk mempercepat proses pematangan gonad, pembuahan telur dan sperma dilakukan dengan teknik pengurutan
(stripping) pada induk jantan dan betina yang telah matang gonad. Larva hasil penetasan telur kemudian dideder
pada akuarium atau bak selama 2 -3 minggu sebelum kemudian dilakukan pendederan tahap selanjutnya serta tahap
pembesaran di Kolam, Keramba Tancap maupun Keramba Jaring Apung.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan disusunnya booklet pedoman pembenihan ikan patin ini antara lain adalah untuk memasyarakatkan pembenihan ikan patin kepada kelompok pembenih ikan baik skala besar maupun kecil, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah produksi dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan patin.
Untuk menjaga kesinambungan usaha dan meningkatkan produksi benih patin baik jumlah dan kualitasnya, maka
para pembenih perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai manajemen induk dan teknik pembenihan ikan patin.
Mengingat di negara tetangga Vietnam dan China ikan patin sudah menjadi komoditas primadona ekspor,
kedepan diharapkan Indonesia dapat menyusul menjadi salah satu negara eskportir ikan patin karena peluang pasarekspor masih terbuka luas ke beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Negara-negara di Eropa.

1

Jumat, 06 Desember 2019

Memelihara Ikan Patin

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ikan Patin (Pangasius spp) merupakan spesies ikan dari jenis Pangasidae yang memiliki ciri-ciri umum tidak bersisik, tidak memiliki banyak duri, kecepatan tumbuhnya relatife cepat, fekunditas dan sintasannya tinggi, dapat diproduksi
secara massal dan memiliki peluang pengembangan skala industri. Dengan banyak keunggulan tersebut ikan ini
menjadi salah satu komoditas perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, baik dalam segmen usaha pembenihan maupun usaha pembesarannya.
Sebagian jenis dari ikan patin ini merupakan ikan introduksi dari Bangkok-Thailand dan sebagian lagi merupakan
jenis ikan lokal Indonesia yang terdapat pada sungai-sungai di pulau Sumatera, Kalimantan bahkan Jawa. Jenis-jenis
ikan patin yang lazim dibudidayakan di Indonesia antara lain adalah : (1) Patin Siam (Pangasius hypophthalmus); (2)
Patin Djambal (Pangasius djambal) ; dan (3) Patin Pasopati (Pangasius sp).
Perkembangan budidaya telah meningkat pesat sejak teknologi pembenihannya telah sepenuhnya dikuasai,
berbagai teknologi telah diterapkan dan dikembangkan pada pembenihan ikan patin, yang antara lain melalui kawin suntik (induced spawning) yaitu pemijahan yang dilakukan dengan pemberian rangsangan hormon untuk mempercepat proses pematangan gonad, pembuahan telur dan sperma dilakukan dengan teknik pengurutan
(stripping) pada induk jantan dan betina yang telah matang gonad. Larva hasil penetasan telur kemudian dideder
pada akuarium atau bak selama 2 -3 minggu sebelum kemudian dilakukan pendederan tahap selanjutnya serta tahap
pembesaran di Kolam, Keramba Tancap maupun Keramba Jaring Apung.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan disusunnya booklet pedoman pembenihan ikan patin ini antara lain adalah untuk memasyarakatkan pembenihan ikan patin kepada kelompok pembenih ikan baik skala besar maupun kecil, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah produksi dan tingkat konsumsi masyarakat terhadap ikan patin.
Untuk menjaga kesinambungan usaha dan meningkatkan produksi benih patin baik jumlah dan kualitasnya, maka
para pembenih perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai manajemen induk dan teknik pembenihan ikan patin.
Mengingat di negara tetangga Vietnam dan China ikan patin sudah menjadi komoditas primadona ekspor,
kedepan diharapkan Indonesia dapat menyusul menjadi salah satu negara eskportir ikan patin karena peluang pasarekspor masih terbuka luas ke beberapa negara tujuan ekspor seperti Amerika Serikat dan Negara-negara di Eropa.

1