Senin, 28 Februari 2011

Latar Belakang

Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.

Ayam buras dapat menjadi sumber ekonomi petani bilamana ada perubahan penanganan dari sekedar sebagai sampingan yang dipelihara secara tradisional berubah menjadi usaha komersial dan dikelola secara intensif atau semi intensif. Kunci dalam pengembangan ayam buras adalah merubah sistem lama (tradisional) dengan menerapkan teknologi yang mudah dilaksanakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ayam buras meliputi: bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.

TEKNOLOGI BUDIDAYA

Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam beternak ayam buras perlu diperhatikan beberapa hal :

1. Pemilihan Bibit Unggul

Ciri induk yang baik : memiliki postur tubuh ideal, tidak cacat, tidak terlalu gemuk perut lunak bulu halus pial jatuh dan berwarna merah menyala gerakannya gesit dan lincah nafsu makan tinggi mata cerah dan tajam untuk induk sebaiknya sekitar 28 minggu

Gambar 1. Bibit ayam

betina yang baik

Ciri pejantan yg baik adalah : postur tubuh ideal tidak cacat, dada membusung pial tegak dan berwarna merah menyala kaki kokoh dan kuat gerakan aktif, agresif, sorot mata tajam, bulu tumbuh teratur mengkilap umur yang ideal sebagai pejantan sebaiknya lebih 28 minggu.

Gambar 2. Bibit ayam

jantan yang baik

Memilih anak ayam ciri-ciri anak ayam yang baik: Tidak cacat. Bulu kering. Dubur harus kering dan bersih. Lincah, sehat. Mata bulat, terang bercahaya. Kaki kuat berdiri tegak.

Gambar 3 Bibit Ayam

Anakan yang baik

2. Perkandangan Dan Peralatan

A. Syarat Kandang dan Ukuran Kandang

Kandang harus dibuat sedemikian rupa sehingga cukup mendapat sinar matahari, pertukaraan udara segar, jauh dari kediaman rumah sendiri (minimal 5 m), bersih, sesuai kebutuhan (umur dan keadaannya) dan sesuai dengan kepadatan. kepadatan. Kepadatan kandang untuk anak ayam beserta induk: 1 - 2 m2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2 induk, sedangkan untuk ayam dara dibutuhkan 1 m2 untuk 14 - 16 ekor. Pada ayam petelur, luas kandang yang dibutuhkan adalah 1 - 2 m2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.

B. Bentuk Kandang

Sistem Ren : bentuk kandang yang sederhana dengan halaman tempat ayam dilepas di pagar disekelilingnya. Perternak dapat mudah menyebarkan makanan tersebut dalam pagar, dengan pemagaran tersebut ayam mudah dikontrol kesehatannya lebih terjamin karena ayam-ayam dari luar tidak bebas keluar.

Gambar 4. Contoh denah halaman dan kandang yang dikelilingi pagar

Sistem Postal : Bentuk Kandang tidak mempunyai halaman untuk melepaskan ayam, sepanjang hari ayam berada didalam kandang. Kandang ditutupi alas (litter) yang terdiri jerami, serbuk gergaji dan kapur setebal kurang 15 cm, agar kandang tetap kering dan tidak lembab.

Sistem Battery : sangkar berupa kotak berderet-deret, dapat dibuat dari bambu atau kawat diisi satu persatu atau kelompok. Ayam buras membutuhkan ruang gerak manimal 4502 cm (atau luasan sekitar 15 cm x 30 cm) per ekor, namun dalam praktek untuk kandang biasanya

diperlebar menjadi 7502 cm (25 cm x 30 cm) per ekor atau diperlukan luas lahan 7,5 m x 0,3 m untuk menampung 100 ekor ayam betina dewasa.

Gambar 5. Ayam dalam kandang system battery

C. Peralatan Kandang

Peralatan yang perlu disediakan untuk melengkapi sarana yang diperlukan dalam kandang adalah tempat makanan, minuman, sarang betelur, indukan dan tenggeran. Tempat makanan dan minuman terbuat dari bahan sederhana berupa bambu, papan, seng, plastik atau ketel namun perlu diperhatikan dalam pembuatan atau tempatnya tidak mengurangi kebersihan.

Sarang untuk telur gunanya agar ayam bertelur ditempat tertentu sehingga terlur bersih, tidak pecah, dan mudah terkumpul dengan berbentuk kerucut. Sedangkan kegunaan induk buatan sebagai alat pemanas, pengganti induk ayam, biasanya umur 1 -7 hari, anak ayam perlu mendapatkan penghangatan penuh. Setelah umur 7 hari dilakukan penghangatan pada malam hari atau saat suhu rendah.

3. Pemeliharaan Dan Pengaturan Produksi

A. Pemeliharaan

Ada tiga cara dalam pemeliharaan ayam buras yakni : cara tardisional, semi intensif, dan intensif,

- Cara tradisional ini dilakukan saat pertumbuhan dan perkembangan ayam sepenuhnya tergantung pada lingkungan alam, anak ayam dibiarkan dengan induknya kemungkinan besar akan mati atau hilang apabila tidak dapat dilakukan pemeliharaan dipagar.

- Cara semi intensif dengan cara induk ayam dilepas, sedangkan anaknya dipisahkan dari induknya. Pada saat tertentu ayam dewasa dikurung, kandang ayam dilengkapi dengan sarang.

- Pemeliharaan secara intensif terutama ditunjukan bagi anak-anak ayam umur 6 minggu. Anak ayam ditempatkan pada kandang /box yang dilengkapi dengan alat pemanas sebagai pengganti induk buatan. Perlengkapan kandang berupa tempat makan dan tempat air minum, diusahakan suhu kandang sesuai dengan tingkat umur anak ayam. Pakan ayam harus diberikan secara teratur dalam jumlah yang cukup serta vaksinasi sesuai dengan petunjuk, kandang dan perlengkapan harus dilakukan kebersihannya.

- Untuk pemeliharaan secara intensif ayam muda dan dewasa perlu dilakukan dengan kandang system battery atau postal, pemberian pakan secara teratur dengan jumlah dan mutu yang cukup. Kebersihan kandang dan perlengkapan perlu diperhatikan sehingga ayam peliharaan secara teratur akan mencegah timbulnya penyakit.

B. Pengaturan Reproduksi

Pengaturan reproduksi merupakan faktor penting dalam proses pemeliharaan berkaitan dengan tujuan pemeliharaan ada 3 sistem pengaturan reproduksi ayam buras yaitu:

- Sistem Bebas : pada sistem reproduksi dibiarkan secara alami, hal ini bergantung pada induk ayam untuk melepas atau menyapih anaknya. Siklus reproduksinya mencapai 126 hari

- Sistem semi intensif: sistem ini manusia ikut campur dalam mengatur reproduksi, dengan membatasi atau meperpendek waktu dalam masa mengasuh anak . siklus reproduksinya kurang 65 hari. Pemeliharaan ayam cocok untuk dilakukan di pedesaan karena vmudah dilakukan, tidak memerlukan biaya tambahan dan perlatan tambahan seperti induk tidak perlu ada.

- Sistem Intensif : sistem pengaturan reproduksi induk ayam ketat sebagai pengahasil telur saja, siklus reproduksi sangat pendek, dalam sistem ini diperlukan biaya tambahan yaitu kandang, alat penetas telur dan tempat pemeliharaan anak ayam. Kemampuan bertelur ayam buras sangat terbatas dan dipaksa secara terus-menerus untuk bertelur.

4. Pakan

Untuk peternakan ayam buras, 60-70% total biaya digunakan untuk pakan. perlu diketahui ketersediaan bahan pakan yang ada di lokasi sehingga akan diperoleh ransum yang murah dan mudah diperoleh serta persediaan bahan terjamin. Kandungan gizi dalam pakan seperti protein, energi, mineral, vitamin dan air harus tersedia untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi secara cukup dalam ransum. Berikut ini disajikan kebutuhan gizi ayam kampung pada umur yang berbeda.

Tabel 1. Kebutuhan gizi ayam kampung

Gizi pakan

Umur (minggu)

0-12

12-22

>22

Energi metabolis (kkal/kg)

2600

2400

2400-2600

Kalsium (%)

0,9

1.0

3.4

Fosfor tersedia (%)

0,45

0,40

0,34

Protein kasar (%)

15 - 17

14

14

Metionin (%)

0,37

0,21

0,22-0,30

Lisin (%)

0.87

0.45

0.68

Tabel 2. Susunan ransum alternatif untuk ayam kampung

Bahan pakan

Pertumbuhan

Bertelur-1

Bertelur-2

Konsentrat komersial (%)

29,5

-

30

Layer komersial (%)

-

71

-

Jagung (%)

44

16

59,3

Dedak padi (%)

25

12

9

Top mix (%)

0,5

0,2

0,7

Tepung kapur (%)

1

0.8

1

Pencampuran sebaiknya dilakukan secara bertahap. Apabila ayam yang dipelihara jumlahnya sedikit, akan kebutuhan pakan satu minggu atau cukup membuat campuran pakan untuk 10 kg. Tujuannya adalah untuk menghindari agar pakan tidak berjamur.

Sebagai pegangan, konsumsi pakan untuk anak ayam sebanyak 15 gram/ekor/hari, umur 1-3 minggu sebanyak 30 gram/ekor/hari, umur 3-5 minggu sebanyak 60 gram/ekor/hari, umur 6 minggu hingga menjelang bertelur sebanyak 80 gram/ekor/hari dan pada induk sebesar 100 gram/ekor/hari.

Pemberian pakan untuk ayam dewasa adalah dua kali sehari, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat. Untuk anak ayam umur 1 hari sampai 12 minggu, pakan dan air minum harus tersedia setiap saat dan tidak terbatas jumlahnya. Pemberian pakan pada anak ayam muda sebaiknya 3-4 kali sehari.

5. Pencegahan dan Penyakit

Pencegahan penyakit harus dimulai dengan dua hal penting yaitu sanitasi dan imunisasi atau vaksinasi, cara yang bisa dilakukan, untuk sistem pemeliharaan diumbar ini adalah dengan imunisasi terhadap beberapa penyakit ganas. Untuk sistem pemeliharaan ren dan baterai sanitasi dan vaksinasi dapat dilaksanakan dengan baik.

Penyakit yang biasa menyerang ayam buras, gejala dan tanda-tanda terserang penyakit dan pencegahannya dikemukakan satu-persatu sesuai penyakitnya, dibawah ini:

Tetelo (ND)

Gejalanya : biasanya ayam terlihat lemah, pucat, malas, bulu kusam dan nafsu makan kurang. Hidung, paruh dan tenggorokannya berlendir. Kotoran berwarna kehijauan, kekuningan atau hijau putih. Kematian ayam yang terserang.

Penyebab: penyakit tetelo adalah virus Tortor Vurens

Pencegahan : melalui vaksinasi ND yang teratur, namun apabila ragu-ragu dengan gejala yang sama terserang penyakit selain ND, maka ayam bisa diberi vitamin.

Penyakit pilek (coryza)

Gejalanya : ayam yang terserang biasanya terlihat lesu, lemah, sesak nafas, ngorok, batuk-batuk dan bersin. Paruh dan hidung berlendir, kadang mata bengkak dan berair. Jenggerdan pial kadang-kadang bengkak.

Penyebab : penyakit ini adalah bakteri Haemophilus galinarium.

Pencegahannya : melalui sanitasi yang baik. Vaksinasi bisa dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan, biasanya setiap 3 bulan sekali pada saat cuaca dingin. Ayam sakit dapat diobati dengan obat antisnot berturut-turut selama 5 hari.

Penyakit pernafasan (CRD = cronic respiratory desease)

Gejalanya : mirip dengan penyakit pilek atau snot, namun sifatnya kronis atau menahun, sehingga produktivitas rendah. Kepala sering digeleng-gelengkan untuk mengatasi sesak nafas terutama di malam hari. Cairan lendir biasanya menetes dari hidung dan paruh bila ayam menunduk.

Penyebabnya : bakteri Mycoplasma gallisepticum.

Pencegahan : diupayakan dengan sanitasi kandang. Bagi induk-induk yang terkena penyakit ini sebaiknya dipotong dan dikonsumsi. Ayam yang sakit dapat diobati dengan antisnot dan dikandangkan dalam kandang yang lebih hangat.

Pullorum

Gejala : umum nafsu makan berkurang, tubuh lemah, bulu kusam, sayap menggantung, kotoran berwarna putih banyak melekat pada bulu-bulu sekitar dubur. Penyerangan pada anak ayam menyebabkan kematian tinggi.

Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum

Pencegahan : Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang. Induk-induk yang pernah terserang penyakit pullorum jangan digunakan sebagai bibit dan jangan dipakai untuk mengeramkan telur-telur. Pemberian obat antibakterial (sulfa), dapat diberikan pada ayam-ayam sehat maupun yang sakit sesuai dosis dan umur pemberian yang diajurkan.

Cacingan

Gejalanya : ayam tampak lesu, mencret berlendir, dan induk-induk berhenti produksi. Nafas terengah-engah pada ayam yang terserang cacing saluran pernafasan. Gejala di atas bisa terjadi pada semua umur ayam.

Penyebab : cacing Ascaris galli dan cacing saluran pernafasan Syngamus trachea.

Pencegahan : dilakukan dengan sanitasi kandang yaitu membersihkan sesering mungkin kotoran ayam, karena mekanisme penularannya melalui telur-telur cacing yang keluar bersama kotoran. Penyemprotan desinfektan secara teratur sangat dianjurkan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan obat cacing dengan dosis pengobatan.

berak darah (Coccidiocis)

Gejala : penyakit ini biasanya ayam lemah, lesu, nafsu makan berkurang, bulu kusam, sayap menggantung bahkan bulu-bulu berdiri seperti kedinginan. Kotoran encer berwarna merah, kemudian menjadi merah kehitaman.

Penyebab : adalah Protozoa coccidian

Pencegahan : dilakukan terutama dengan sanitasi kandang. Pemberian obat anti koksidiosis pada anak-anak ayam umur 7 hari dapat mengurangi serangan penyakit kemudian diulang lagi dan diwaktu terjadi wabah

Berak hijau (Kholera)

Gejalanya : ayam lesu, nafsu makan turun, bobot ayam merosot drastis, sesak nafas dan kadang-kadang ngorok, terdapat lendir kental keluar dari paruh dan hidung. Jengger dan pialnya biru kadang-kadang membengkak. Kotorannya mula-mula encer berwarna putih, kemudian kekuningan dan akhirnya berwarna hijau. Induk-induk ayam berhenti berproduksi telur.

Penyebab : penyakit ini adalah bakteri Pasteurella multocida

Pencegahan : dilakukan dengan sanitasi atau kebersihan kandang. Penyakit ini dapat diobati dengan obat-obat antibiotika yang tersedia di toko unggas.

Cacar unggas

Gejalanya : biasanya disekitar paruh, mata, jengger, pial dan bagian tubuh lain yang tertutup bulu terlihat bintik-bintik kecil merah, kemudian bintik ini membesar berwarna kekuningan dan selanjutnya berubah menjadi merah kehitaman. Luka-luka cacar tersebut kemudian akan tertutup oleh selaput berwarna putih.

Penyebab adalah virus Borreliota avium

Pencegahan : dengan vaksinasi cacar unggas kemudian diikuti dengan sanitasi kandang dan peralatan. Pengobatan dilakukan dengan membersihkan bungkul-bungkul luka dan membubuhkan yodium. Pengobatan dilakukan sampai sembuh dan setelah itu baru boleh dicampur dengan ayam-ayam yang sehat.

Sumber :

Teknologi Budidaya Ayam Buras 2008. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Petunjuk Teknis Beternak Ayam Buras 2009. Bekerjasama Dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan.

Pembuatan Pakan Ternak Ayam Buras 2000. Lembar Informasi Pertanian (Liptan) LPTP Koya Barat, Irian Jaya No. 07/2000 Diterbitkan Oleh: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat Jl. Yahim – Sentani – Jayapura.

BERTERNAK

AYAM BURAS

BALAI PENYULUHAN KECAMATAN DANAU PANGGANG

BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTAHANAN DAN KETAHANAN PANGAN

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

2010

Senin, 28 Februari 2011

Latar Belakang

Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga serta meningkatkan pendapatan.

Ayam buras dapat menjadi sumber ekonomi petani bilamana ada perubahan penanganan dari sekedar sebagai sampingan yang dipelihara secara tradisional berubah menjadi usaha komersial dan dikelola secara intensif atau semi intensif. Kunci dalam pengembangan ayam buras adalah merubah sistem lama (tradisional) dengan menerapkan teknologi yang mudah dilaksanakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengembangan ayam buras meliputi: bibit, pemeliharaan, perkandangan, pakan dan pencegahan penyakit.

TEKNOLOGI BUDIDAYA

Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam beternak ayam buras perlu diperhatikan beberapa hal :

1. Pemilihan Bibit Unggul

Ciri induk yang baik : memiliki postur tubuh ideal, tidak cacat, tidak terlalu gemuk perut lunak bulu halus pial jatuh dan berwarna merah menyala gerakannya gesit dan lincah nafsu makan tinggi mata cerah dan tajam untuk induk sebaiknya sekitar 28 minggu

Gambar 1. Bibit ayam

betina yang baik

Ciri pejantan yg baik adalah : postur tubuh ideal tidak cacat, dada membusung pial tegak dan berwarna merah menyala kaki kokoh dan kuat gerakan aktif, agresif, sorot mata tajam, bulu tumbuh teratur mengkilap umur yang ideal sebagai pejantan sebaiknya lebih 28 minggu.

Gambar 2. Bibit ayam

jantan yang baik

Memilih anak ayam ciri-ciri anak ayam yang baik: Tidak cacat. Bulu kering. Dubur harus kering dan bersih. Lincah, sehat. Mata bulat, terang bercahaya. Kaki kuat berdiri tegak.

Gambar 3 Bibit Ayam

Anakan yang baik

2. Perkandangan Dan Peralatan

A. Syarat Kandang dan Ukuran Kandang

Kandang harus dibuat sedemikian rupa sehingga cukup mendapat sinar matahari, pertukaraan udara segar, jauh dari kediaman rumah sendiri (minimal 5 m), bersih, sesuai kebutuhan (umur dan keadaannya) dan sesuai dengan kepadatan. kepadatan. Kepadatan kandang untuk anak ayam beserta induk: 1 - 2 m2 untuk 20 - 25 ekor anak ayam dan 1 - 2 induk, sedangkan untuk ayam dara dibutuhkan 1 m2 untuk 14 - 16 ekor. Pada ayam petelur, luas kandang yang dibutuhkan adalah 1 - 2 m2 untuk 6 ekor dan pejantan 1 ekor.

B. Bentuk Kandang

Sistem Ren : bentuk kandang yang sederhana dengan halaman tempat ayam dilepas di pagar disekelilingnya. Perternak dapat mudah menyebarkan makanan tersebut dalam pagar, dengan pemagaran tersebut ayam mudah dikontrol kesehatannya lebih terjamin karena ayam-ayam dari luar tidak bebas keluar.

Gambar 4. Contoh denah halaman dan kandang yang dikelilingi pagar

Sistem Postal : Bentuk Kandang tidak mempunyai halaman untuk melepaskan ayam, sepanjang hari ayam berada didalam kandang. Kandang ditutupi alas (litter) yang terdiri jerami, serbuk gergaji dan kapur setebal kurang 15 cm, agar kandang tetap kering dan tidak lembab.

Sistem Battery : sangkar berupa kotak berderet-deret, dapat dibuat dari bambu atau kawat diisi satu persatu atau kelompok. Ayam buras membutuhkan ruang gerak manimal 4502 cm (atau luasan sekitar 15 cm x 30 cm) per ekor, namun dalam praktek untuk kandang biasanya

diperlebar menjadi 7502 cm (25 cm x 30 cm) per ekor atau diperlukan luas lahan 7,5 m x 0,3 m untuk menampung 100 ekor ayam betina dewasa.

Gambar 5. Ayam dalam kandang system battery

C. Peralatan Kandang

Peralatan yang perlu disediakan untuk melengkapi sarana yang diperlukan dalam kandang adalah tempat makanan, minuman, sarang betelur, indukan dan tenggeran. Tempat makanan dan minuman terbuat dari bahan sederhana berupa bambu, papan, seng, plastik atau ketel namun perlu diperhatikan dalam pembuatan atau tempatnya tidak mengurangi kebersihan.

Sarang untuk telur gunanya agar ayam bertelur ditempat tertentu sehingga terlur bersih, tidak pecah, dan mudah terkumpul dengan berbentuk kerucut. Sedangkan kegunaan induk buatan sebagai alat pemanas, pengganti induk ayam, biasanya umur 1 -7 hari, anak ayam perlu mendapatkan penghangatan penuh. Setelah umur 7 hari dilakukan penghangatan pada malam hari atau saat suhu rendah.

3. Pemeliharaan Dan Pengaturan Produksi

A. Pemeliharaan

Ada tiga cara dalam pemeliharaan ayam buras yakni : cara tardisional, semi intensif, dan intensif,

- Cara tradisional ini dilakukan saat pertumbuhan dan perkembangan ayam sepenuhnya tergantung pada lingkungan alam, anak ayam dibiarkan dengan induknya kemungkinan besar akan mati atau hilang apabila tidak dapat dilakukan pemeliharaan dipagar.

- Cara semi intensif dengan cara induk ayam dilepas, sedangkan anaknya dipisahkan dari induknya. Pada saat tertentu ayam dewasa dikurung, kandang ayam dilengkapi dengan sarang.

- Pemeliharaan secara intensif terutama ditunjukan bagi anak-anak ayam umur 6 minggu. Anak ayam ditempatkan pada kandang /box yang dilengkapi dengan alat pemanas sebagai pengganti induk buatan. Perlengkapan kandang berupa tempat makan dan tempat air minum, diusahakan suhu kandang sesuai dengan tingkat umur anak ayam. Pakan ayam harus diberikan secara teratur dalam jumlah yang cukup serta vaksinasi sesuai dengan petunjuk, kandang dan perlengkapan harus dilakukan kebersihannya.

- Untuk pemeliharaan secara intensif ayam muda dan dewasa perlu dilakukan dengan kandang system battery atau postal, pemberian pakan secara teratur dengan jumlah dan mutu yang cukup. Kebersihan kandang dan perlengkapan perlu diperhatikan sehingga ayam peliharaan secara teratur akan mencegah timbulnya penyakit.

B. Pengaturan Reproduksi

Pengaturan reproduksi merupakan faktor penting dalam proses pemeliharaan berkaitan dengan tujuan pemeliharaan ada 3 sistem pengaturan reproduksi ayam buras yaitu:

- Sistem Bebas : pada sistem reproduksi dibiarkan secara alami, hal ini bergantung pada induk ayam untuk melepas atau menyapih anaknya. Siklus reproduksinya mencapai 126 hari

- Sistem semi intensif: sistem ini manusia ikut campur dalam mengatur reproduksi, dengan membatasi atau meperpendek waktu dalam masa mengasuh anak . siklus reproduksinya kurang 65 hari. Pemeliharaan ayam cocok untuk dilakukan di pedesaan karena vmudah dilakukan, tidak memerlukan biaya tambahan dan perlatan tambahan seperti induk tidak perlu ada.

- Sistem Intensif : sistem pengaturan reproduksi induk ayam ketat sebagai pengahasil telur saja, siklus reproduksi sangat pendek, dalam sistem ini diperlukan biaya tambahan yaitu kandang, alat penetas telur dan tempat pemeliharaan anak ayam. Kemampuan bertelur ayam buras sangat terbatas dan dipaksa secara terus-menerus untuk bertelur.

4. Pakan

Untuk peternakan ayam buras, 60-70% total biaya digunakan untuk pakan. perlu diketahui ketersediaan bahan pakan yang ada di lokasi sehingga akan diperoleh ransum yang murah dan mudah diperoleh serta persediaan bahan terjamin. Kandungan gizi dalam pakan seperti protein, energi, mineral, vitamin dan air harus tersedia untuk hidup pokok, produksi dan reproduksi secara cukup dalam ransum. Berikut ini disajikan kebutuhan gizi ayam kampung pada umur yang berbeda.

Tabel 1. Kebutuhan gizi ayam kampung

Gizi pakan

Umur (minggu)

0-12

12-22

>22

Energi metabolis (kkal/kg)

2600

2400

2400-2600

Kalsium (%)

0,9

1.0

3.4

Fosfor tersedia (%)

0,45

0,40

0,34

Protein kasar (%)

15 - 17

14

14

Metionin (%)

0,37

0,21

0,22-0,30

Lisin (%)

0.87

0.45

0.68

Tabel 2. Susunan ransum alternatif untuk ayam kampung

Bahan pakan

Pertumbuhan

Bertelur-1

Bertelur-2

Konsentrat komersial (%)

29,5

-

30

Layer komersial (%)

-

71

-

Jagung (%)

44

16

59,3

Dedak padi (%)

25

12

9

Top mix (%)

0,5

0,2

0,7

Tepung kapur (%)

1

0.8

1

Pencampuran sebaiknya dilakukan secara bertahap. Apabila ayam yang dipelihara jumlahnya sedikit, akan kebutuhan pakan satu minggu atau cukup membuat campuran pakan untuk 10 kg. Tujuannya adalah untuk menghindari agar pakan tidak berjamur.

Sebagai pegangan, konsumsi pakan untuk anak ayam sebanyak 15 gram/ekor/hari, umur 1-3 minggu sebanyak 30 gram/ekor/hari, umur 3-5 minggu sebanyak 60 gram/ekor/hari, umur 6 minggu hingga menjelang bertelur sebanyak 80 gram/ekor/hari dan pada induk sebesar 100 gram/ekor/hari.

Pemberian pakan untuk ayam dewasa adalah dua kali sehari, yaitu pagi dan sore, sedangkan air minum diberikan setiap saat. Untuk anak ayam umur 1 hari sampai 12 minggu, pakan dan air minum harus tersedia setiap saat dan tidak terbatas jumlahnya. Pemberian pakan pada anak ayam muda sebaiknya 3-4 kali sehari.

5. Pencegahan dan Penyakit

Pencegahan penyakit harus dimulai dengan dua hal penting yaitu sanitasi dan imunisasi atau vaksinasi, cara yang bisa dilakukan, untuk sistem pemeliharaan diumbar ini adalah dengan imunisasi terhadap beberapa penyakit ganas. Untuk sistem pemeliharaan ren dan baterai sanitasi dan vaksinasi dapat dilaksanakan dengan baik.

Penyakit yang biasa menyerang ayam buras, gejala dan tanda-tanda terserang penyakit dan pencegahannya dikemukakan satu-persatu sesuai penyakitnya, dibawah ini:

Tetelo (ND)

Gejalanya : biasanya ayam terlihat lemah, pucat, malas, bulu kusam dan nafsu makan kurang. Hidung, paruh dan tenggorokannya berlendir. Kotoran berwarna kehijauan, kekuningan atau hijau putih. Kematian ayam yang terserang.

Penyebab: penyakit tetelo adalah virus Tortor Vurens

Pencegahan : melalui vaksinasi ND yang teratur, namun apabila ragu-ragu dengan gejala yang sama terserang penyakit selain ND, maka ayam bisa diberi vitamin.

Penyakit pilek (coryza)

Gejalanya : ayam yang terserang biasanya terlihat lesu, lemah, sesak nafas, ngorok, batuk-batuk dan bersin. Paruh dan hidung berlendir, kadang mata bengkak dan berair. Jenggerdan pial kadang-kadang bengkak.

Penyebab : penyakit ini adalah bakteri Haemophilus galinarium.

Pencegahannya : melalui sanitasi yang baik. Vaksinasi bisa dilakukan sesuai dengan dosis yang dianjurkan, biasanya setiap 3 bulan sekali pada saat cuaca dingin. Ayam sakit dapat diobati dengan obat antisnot berturut-turut selama 5 hari.

Penyakit pernafasan (CRD = cronic respiratory desease)

Gejalanya : mirip dengan penyakit pilek atau snot, namun sifatnya kronis atau menahun, sehingga produktivitas rendah. Kepala sering digeleng-gelengkan untuk mengatasi sesak nafas terutama di malam hari. Cairan lendir biasanya menetes dari hidung dan paruh bila ayam menunduk.

Penyebabnya : bakteri Mycoplasma gallisepticum.

Pencegahan : diupayakan dengan sanitasi kandang. Bagi induk-induk yang terkena penyakit ini sebaiknya dipotong dan dikonsumsi. Ayam yang sakit dapat diobati dengan antisnot dan dikandangkan dalam kandang yang lebih hangat.

Pullorum

Gejala : umum nafsu makan berkurang, tubuh lemah, bulu kusam, sayap menggantung, kotoran berwarna putih banyak melekat pada bulu-bulu sekitar dubur. Penyerangan pada anak ayam menyebabkan kematian tinggi.

Penyebab : Bakteri Salmonella pullorum

Pencegahan : Pencegahan dilakukan dengan sanitasi kandang. Induk-induk yang pernah terserang penyakit pullorum jangan digunakan sebagai bibit dan jangan dipakai untuk mengeramkan telur-telur. Pemberian obat antibakterial (sulfa), dapat diberikan pada ayam-ayam sehat maupun yang sakit sesuai dosis dan umur pemberian yang diajurkan.

Cacingan

Gejalanya : ayam tampak lesu, mencret berlendir, dan induk-induk berhenti produksi. Nafas terengah-engah pada ayam yang terserang cacing saluran pernafasan. Gejala di atas bisa terjadi pada semua umur ayam.

Penyebab : cacing Ascaris galli dan cacing saluran pernafasan Syngamus trachea.

Pencegahan : dilakukan dengan sanitasi kandang yaitu membersihkan sesering mungkin kotoran ayam, karena mekanisme penularannya melalui telur-telur cacing yang keluar bersama kotoran. Penyemprotan desinfektan secara teratur sangat dianjurkan. Pengobatan dilakukan dengan memberikan obat cacing dengan dosis pengobatan.

berak darah (Coccidiocis)

Gejala : penyakit ini biasanya ayam lemah, lesu, nafsu makan berkurang, bulu kusam, sayap menggantung bahkan bulu-bulu berdiri seperti kedinginan. Kotoran encer berwarna merah, kemudian menjadi merah kehitaman.

Penyebab : adalah Protozoa coccidian

Pencegahan : dilakukan terutama dengan sanitasi kandang. Pemberian obat anti koksidiosis pada anak-anak ayam umur 7 hari dapat mengurangi serangan penyakit kemudian diulang lagi dan diwaktu terjadi wabah

Berak hijau (Kholera)

Gejalanya : ayam lesu, nafsu makan turun, bobot ayam merosot drastis, sesak nafas dan kadang-kadang ngorok, terdapat lendir kental keluar dari paruh dan hidung. Jengger dan pialnya biru kadang-kadang membengkak. Kotorannya mula-mula encer berwarna putih, kemudian kekuningan dan akhirnya berwarna hijau. Induk-induk ayam berhenti berproduksi telur.

Penyebab : penyakit ini adalah bakteri Pasteurella multocida

Pencegahan : dilakukan dengan sanitasi atau kebersihan kandang. Penyakit ini dapat diobati dengan obat-obat antibiotika yang tersedia di toko unggas.

Cacar unggas

Gejalanya : biasanya disekitar paruh, mata, jengger, pial dan bagian tubuh lain yang tertutup bulu terlihat bintik-bintik kecil merah, kemudian bintik ini membesar berwarna kekuningan dan selanjutnya berubah menjadi merah kehitaman. Luka-luka cacar tersebut kemudian akan tertutup oleh selaput berwarna putih.

Penyebab adalah virus Borreliota avium

Pencegahan : dengan vaksinasi cacar unggas kemudian diikuti dengan sanitasi kandang dan peralatan. Pengobatan dilakukan dengan membersihkan bungkul-bungkul luka dan membubuhkan yodium. Pengobatan dilakukan sampai sembuh dan setelah itu baru boleh dicampur dengan ayam-ayam yang sehat.

Sumber :

Teknologi Budidaya Ayam Buras 2008. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Petunjuk Teknis Beternak Ayam Buras 2009. Bekerjasama Dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan.

Pembuatan Pakan Ternak Ayam Buras 2000. Lembar Informasi Pertanian (Liptan) LPTP Koya Barat, Irian Jaya No. 07/2000 Diterbitkan Oleh: Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Koya Barat Jl. Yahim – Sentani – Jayapura.

BERTERNAK

AYAM BURAS

BALAI PENYULUHAN KECAMATAN DANAU PANGGANG

BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, KEHUTAHANAN DAN KETAHANAN PANGAN

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

2010